Pendekatan Interkultural Dalam Inovasi Sektor Publik, ditulis oleh Yopie Indra Pribadi

  • BY YOPIE
  • ON 17 DESEMBER 2024
  • 22 DIBACA
  • ARTIKEL
https://disdukcapil.pontianak.go.id/public/uploads/images/posts/mPosts_5836978647_interkultural.jpg

Kreativitas memang tak semata berarti memberikan yang terbaru, tetapi juga membaca apa yang dibutuhkan. Kreativitas menyediakan gagasan awal, sedangkan inovasi memastikan gagasan tersebut diwujudkan dan memberikan nilai nyata. Kombinasi keduanya sangat penting untuk mendorong pertumbuhan, perubahan, dan kemajuan di suatu negara.

Inovasi dalam sektor publik telah menarik minat yang semakin besar di antara para akademisi, yang menghasilkan banyak pengetahuan yang terkumpul selama dua dekade terakhir. Inovasi sektor publik didefinisikan sebagai adopsi, penciptaan, atau pengembangan ide, objek, dan praktik yang baru bagi unit adopsi. Salah satu studi yang dilakukan oleh Cinar, dkk (2024) membandingkan 108 inovasi dari Italia, Jepang, dan Turki. Temuan awal menunjukkan konfigurasi tipe inovasi yang berbeda di setiap negara.

Ada tujuh tipe inovasi sektor publik yang dijelaskan. Pertama, inovasi layanan, konsep ini menjelaskan bahwa inovasi tidak selalu tentang menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, tetapi juga mencakup perluasan atau penyesuaian layanan yang sudah ada untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda. Berfokus pada peningkatan atau pengenalan layanan baru yang ditawarkan kepada masyarakat dan memberikan layanan yang sudah tersedia kepada kelompok pengguna yang berbeda juga dianggap sebagai inovasi.

Kedua, inovasi proses administratif, yang merujuk pada penciptaan cara, metode, atau bentuk baru dalam melaksanakan tugas-tugas di dalam organisasi. Ketiga, inovasi proses teknologi, yang melibatkan penerapan teknologi pada aktivitas operasional dan mekanisme penyediaan layanan. Meskipun keduanya termasuk dalam inovasi proses, inovasi administratif lebih berfokus pada aspek organisasi dan prosedural, sedangkan inovasi teknologi berorientasi pada integrasi teknologi dalam operasional dan layanan publik.

Keempat, inovasi konseptual, yaitu pengembangan pandangan baru yang menantang asumsi yang mendasari produk, proses, atau bentuk organisasi yang ada. Inovasi ini mengubah cara berpikir yang mendasari desain dan implementasi layanan publik, contohnya mengubah fokus dari pemberian bantuan langsung menjadi penguatan kapasitas masyarakat untuk mandiri.

Kelima, inovasi tata kelola, yaitu pengenalan mekanisme baru untuk partisipasi warga negara dan cara-cara baru untuk meningkatkan transparansi serta akuntabilitas di sektor publik. Keenam, inovasi sistemik,  yaitu metode baru atau yang ditingkatkan untuk berinteraksi dengan organisasi lain dan basis pengetahuan untuk bersama-sama menyediakan layanan publik seperti meningkatkan kolaborasi lintas batas antara organisasi sektor publik, masyarakat sipil, dan bisnis. Ketujuh, inovasi sosial, dimana konsep lintas sektor yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sosial kelompok rentan dan mengatasi akar masalah sosial. Setiap tipe inovasi memainkan peran penting dalam meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keadilan dalam sektor publik.

Bagi Indonesia sendiri, ketujuh tipe inovasi sektor publik di atas dapat dirajut dengan kondisi kebangsaan yang ada. Dengan jumlah penduduk yang besar, merupakan sebuah potensi sekaligus tantangan. Terdapat banyak dimensi kompleks yang ada di dalamnya. Pembangunan saat ini mencoba (dan belum mampu) menjawab berbagai masalah yang ada, berhadapan dengan tantangan pembangunan berkelanjutan, berkelindan dengan pembangunan yang memberi jaminan bagi kehidupan generasi masa yang akan datang dan utamanya adalah berusaha keras menjadi negara yang berdaulat, adil dan makmur.

Ben Anderson, seorang ilmuwan politik dan sejarawan terkemuka yang dikenal luas atas kontribusinya dalam studi nasionalisme dan kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, menganggap Indonesia sebagai rumah yang kaya akan "cultural artifacts of a particular kind”. Hal ini merujuk pada keragaman budaya, tradisi, seni, dan sistem nilai yang unik di Indonesia. Baginya, Indonesia bukan hanya negara dengan kekayaan alam, tetapi juga pusat dari warisan budaya yang mencerminkan interaksi antara lokalitas dan globalitas, serta berkontribusi dalam pembentukan identitas kolektif dan nasional.

Charles Beraf dalam sebuah artikel berjudul Merajut Identitas Bangsa (2024), mengatakan dalam nuansa ragam budaya atau multikultural, Indonesia perlu bertumbuh menjadi interkultural yang tidak terlepas dari perkara nation character building. Warga perlu menyadari dirinya sebagai satu bangsa dan melihat kebudayaan lain sebagai bagian penting yang turut berkontribusi bagi kemajuan bersama.

Karenanya, memajukan Indonesia tidak cukup hanya mengandalkan inovasi sektor publik dengan ide-ide baru dan kreatif. Lebih dari itu, harus dilakukan dengan mendasarkan kebaruan dan kreativitas pada perbedaan dan solidaritas. Dengan demikian kreativitas dan kebaruan bukan pertama-tama hadir sebagai respon terhadap tren global melainkan karena kesadaran sebagai historical being untuk memperkuat dari dalam (internal response) jati diri sebagai bangsa yang bhineka dan solider. Dalam konteks inovasi sektor publik, pendekatan interkultural di Indonesia terbentuk dari bangsa yang multikultural.

Kebijakan publik memberikan arah dan kerangka kerja bagi inovasi sektor publik. Sukamara,dkk (2021) menjelaskan pengalaman di Indonesia menunjukkan ada banyak kebijakan publik telah diambil pemerintah tidak implementatif di antaranya karena tidak komprehensif. Beberapa contoh misalnya kebijakan membangun sesuatu tetapi tidak memikirkan dampaknya, kebijakan membangun sesuatu tetapi tidak menyiapkan ekosistemnya dan kebijakan produksi yang tidak memikirkan pasarnya.

Unsur-unsur ekosistem yang belum dapat bekerja maksimal, interaksi unsur-unsur akibat berbagai hal juga belum terbangun dengan baik, lingkungan (budaya politik dan kondisi sosial budaya) belum menjadi sebuah ekosistem yang sehat. Tidak mengambil kebijakan akan mengakibatkan persoalan menjadi semakin besar dan kompleks. Sebaliknya, memaksakan membuat dan mengimplementasikan sebuah kebijakan dengan ketidaksiapan (kesiapan tidak 100%) berpotensi menimbulkan masalah baru.

Pada setiap kebudayaan di Indonesia ada intelegensi lokal yang dihidupi. Oleh karenanya perjumpaan antarkebudayaan, interaksi dan kesalingan belajar menjadi hal yang penting untuk menumbuhkan kesadaran sebagai bangsa. Interkultural tak hanya bertemu dan berinteraksi dengan kebudayaan lain, tetapi itu lebih dari itu yaitu belajar, berpengetahuan tentang kebudayaan lain, dan memiliki intercultural insight. Memiliki intercultural insight dalam konteks hidup bersama berarti menerima dan mengenal bahwa kebudayaan lain ada nilai-nilai baik yang dapat dihadapi dan dikembangkan demi kebaikan bersama.

Pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana kurikulum dapat diintegrasikan dengan pendidikan lintas budaya untuk membangun kesadaran interkultural sejak dini? bagaimana pemerintah dapat memastikan bahwa keberagaman budaya terwakili dalam proses pembuatan kebijakan? bagaimana sektor publik, swasta, dan masyarakat sipil dapat bekerja sama untuk mempromosikan pendekatan interkultural? bagaimana desain teknologi (seperti aplikasi atau platform e-learning) dapat mencerminkan nilai-nilai budaya yang beragam?. Atau menurut Beraf, jika memang pemerintah sudah mengeksplorasi pengetahuan termasuk intelegensia kebudayaan lokal, sejauh mana hal tersebut berfusi dan berfungsi sosial untuk kebaikan umum?

Integrasi Keberagaman dan Bukan Simulakra

Pendekatan interkultural dalam inovasi menciptakan ruang untuk mengintegrasikan keberagaman budaya sebagai modal utama dalam proses inovasi. Dengan mendorong inklusi, dialog, dan kolaborasi lintas budaya, negara dapat menciptakan solusi yang lebih kreatif, relevan, dan berdampak. Ini bukan hanya tentang keberagaman, tetapi bagaimana keberagaman dapat menjadi katalis perubahan positif. Pendekatan interkultural memastikan bahwa inovasi benar-benar memenuhi kebutuhan semua kelompok masyarakat. Untuk dapat melakukan hal ini diperlukan kesiapan seluruh perangkat sistem birokrasi dan sumber daya manusia birokrat pelaksana sistem tersebut.

Pendekatan interkultural dapat dimajukan melalui pendidikan, kebijakan, kolaborasi, teknologi, dan pemberdayaan komunitas. Dengan mengidentifikasi langkah-langkah konkret dan membuka ruang diskusi yang lebih luas untuk mengintegrasikan inovasi dalam pendekatan interkultural ke dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Jika inovasi sektor publik tidak mendasarkan pada identitas bangsa, akan menghasilkan citra palsu atau simulakra yang dari waktu ke waktu tanpa bisa disadari bisa menyebabkan tercerabutnya budaya bangsa.

Pencitraan politik karena ingin menarik konstituen untuk pemilihan kepala negara atau daerah berikutnya, kepentingan oligarki politik dan pengusaha sebagai investasi untuk pemilihan berikutnya atau bahkan sebagai bentuk bayar utang atas dukungan pengusaha atas keterpilihan pada pemilihan sebelumnya, adalah sesuatu citra palsu yang harus dihindari. Bukan pula untuk memakmurkan segelintir kaum kapitalis, melicinkan ruang gerak kaum komprador, dan memperbesar ruang kontrol pihak asing. Dengan fokus menatap gambaran besar tersebut, kita tetap bisa memiliki motivasi untuk peduli dalam upaya membangun sistem kebangsaan yang berjalan berkesinambungan, berjangka panjang, dan menciptakan tanggung jawab antar generasi.

 

Rujukan

Beraf, Charles, Merajut Identitas Bangsa, Harian Kompas 3 Oktober 2024

Cinar, Emre, Christopher Simms, Paul Trott & Mehmet Akif Demircioglu, Public sector innovation in context: A comparative study of innovation types, Management Review, 26:1, 265-292, DOI: 10.1080/14719037.2022.2080860, 2024

Pribadi, Yopie Indra, Artificial Intelligence dan Solidaritas Intelektual-Budaya, https://disdukcapil.pontianak.go.id/artificial-intelligence-dan-solidaritas-intelektualbudaya-ditulis-oleh-yopie-indra-pribadi

Sukamara, Wayan, I Gusti Putu Anindya Putra, I Komang Gede Santhyasa, Komang Wirawan, Wahyudi Arimbawa, I Nyoman Harry Juliarthana, Komang Ayu Sari Galih, Ni G.A. Diah Ambarwati Kardinal, Wayan Damar Windu Kurniawan , Dinamika Tata Ruang dan Keberlanjutan Lingkungan Binaan, Bekerja sama dengan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Hindu Indonesia, UNHI Press, 2021